Kamis, 02 September 2010

From : Gusdi Biibi ku sayang

.♥ sayaaang kamuu ayyaaankk ....
.........♥#########♥
…..♥#############♥
…♥###############♥
..♥#################♥………………♥###♥
..♥##################♥……….♥#########♥
...….♥#################♥……♥#############♥
…….♥################♥..♥###############♥
………♥################♥################♥
………..♥###############################♥
…………..♥############################♥
…………….♥#########################♥
………………♥######################♥
………………..♥###################♥
………………….♥#################♥
……………………♥##############♥
………………………♥###########♥
………………………..♥#########♥
………………………….♥#######♥
……………………………♥#####♥
……………………………..♥###♥
……………………………….♥#♥
…………………………………♥
…………………………………♥
……………………………….♥
……………………………..♥
……………………………♥
…………………………♥
……………………….♥
…………………….♥
………………….♥
………………♥
………….♥
………♥
……♥
…..♥
……♥………………….♥…♥
……….♥………….♥…………♥
…………..♥…..♥………………♥
……………….♥………………..♥
…………….♥……♥…………..♥
…………..♥………….♥….♥
………….♥
………..♥
……….♥
………♥
………♥
……….♥
…………..♥
……………….♥
……………………..♥
………………………….♥
……………………………♥
……………………………♥
…………………………♥
…………………….♥
………………♥
………….♥
…….♥
…♥
.♥………………………..♥….♥
♥……………………..♥………..♥
.♥………………….♥…………….♥
..♥……………….♥………………♥
…♥………………………………♥
…..♥…………………………..♥
……..♥…………………….♥
………..♥……………….♥
…………..♥…………..♥
………………♥…….♥
…………………♥..♥

Sabtu, 28 Agustus 2010

tiap tahun dengan gde rawi

PERANG saudara hampir terjadi di antara dua pihak penduduk Kota Denpasar. Waktu itu tahun 1957, beberapa saat setelah hampir di seluruh pulau wisata itu beredar 2 macam kalender Bali. Yang satu susunan seorang yang menyebut dirinya Pedanda (orang suci) dan satu lagi buah pikiran I Ketut Bambang Gde Rawi. Untung saja DPRDS (waktu itu) segera mencegah perkelahian masal itu. Dan melarang almanak buatan Pedanda. Sebab pangkal keributan adalah 2 kalender yang berbeda dalam menentukan perayaan Nyepi. Satu pihak penduduk merayakan hari tenang itu sehari lebih cepat dari kelompok penduduk lainnya -- berdasarkan kalender yang satu. Sehingga ketika kelompok terakhir ini melaksanakannya pada hari berikutnya berdasar almanak yang lain mereka merasa diganggu oleh mereka yang telah merayakannya lebih dahulu. Akhirnya Pemda Bali hanya mengakui penanggalan Gde Rawi. 2 Istri Sekaligus Kalender buatan Gde Rawi bukan hal baru bagi warga Bali. Sejak 1950 ia telah memperkenalkan penanggalan hasil susunannya sendiri, yaitu setelah sekitar 25 tahun ia menekuni berbagai buku lontar dan ilmu falak. Dengan segera masyarakat Bali menyambutnya sebagai satu-satunya pedoman hampir untuk segala tingkah laku manusia penganut Hindu Bali. Terutama bagi para petani. Sebab dalam kalender itu juga dicantumkan hari-hari baik bagi petani kapan harus menyemai bibit, kapan menanamnya, hari baik untuk membuat tali pancing, membuat tali sapi dan sebagainya. Juga: semua hari besar Hindu Bali, hari-hari baik membuat rumah, hari-hari besar Islam, hari besar Khonghucu, hari besar Arab dan Jepang, hari baik mengasah taji untuk menyabung ayam, hari raya Budha, makna hari lahir. Begitu pula kapan harus bersiap-siap menjelang hari raya, kapan bersembahyang di pura, kapan bulan purnama dan tilem (bulan gelap). Tapi kalender buatan Gde Rawi tidak dapat disebut sebagai yang khusus memuat penanggalan Bali. Sebab yang dijadikan pegangan pokok tetap penanggalan Masehi. Sedang penanggalan bagi orang Bali (meskipun lengkap) atau bagi golongan agama lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Sebelum 1950 masyarakat Bali mengenal 2 sistem penanggalan. Yaitu Penanggalan Hindu Bali -- memuat tentang purnama dan tilem (bulan mati), jumlah hari setiap tahun berkisar antara 355, 354 atau 356 hari -- dan Penanggalan Jawa-Bali yang menimbulkan jumlah hari raya rutin yang kecil-kecil seperti Kajeng Kliwon, Tumpek dan seterusnya. Dari sistem penanggalan pertama dikenal 2 hari raya keagamaan penting, yaitu Hari Raya Nyepi (tahun baru) dan Hari Ciwaratri (hari peleburan dosa). "Berdasarkan literatur dan pengamatan di Fakultas Sastra Universitas Udayana, kedua penanggalan itu digabung oleh Gde Rawi dan jadilah kalender yang kini dikenal secara luas," tutur seorang mahasiswa tingkat IV Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar, Ida Bagus Agastia. Bagaimanapun juga kalender Gde Rawi diakui secara resmi, sampai sekarang. Malahan secara resmi pula diterbitkan Parisadha Hindu Dharma Pusat. Lebih dari itu kalender ini sudah merupakan bagian penting dari hidup sehari-hari orang Bali. Dan orang-orang Balipun fanatik kepada buatan Gde Rawi. Sehingga ketika penerbit memasang potret Gde Rawi vang terbaru dalam terbitan kalendernya 1970, hampir tak ada orang yang membelinya. "Mereka mengira kalender itu palsu," tutur Gde Rawi, "sehingga penerbit harus mencetak ulang dengan mengganti potret saya yang dibuat 1951." Dengan pergantian potret itu kalenderpun jadi laris. Karena itu sampai sekarang, 12 halaman kalender Gde Rawi masing-masing memuat potret masa muda penyusunnya. Bobot Gde Rawi lahir 1910 di Desa Celuk, Ubud. Bukan dari keluarga bangsawan. Tapi hubungannya dengan kaum ningrat itu rupanya cukup dekat, sehingga ia banyak kesempatan menelaah berbagai isi buku lontar. Masa kecilnya ia dikenal sebagai anak nakal dan suka berkelahi. Tapi sejak usia 15 tahun ia sudah berkelana mendatangi rumah-rumah bangsawan untuk membaca sejarah. Ketika berumur 19 ia dikawinkan orang tuanya dengan 2 orang wanita kakak beradik sekaligus. Sejak 1941 ia diangkat warga sedesanya menjadi perbekel (lurah) dan harus melepaskan jabatan itu 1978 lalu. "Saya sudah tua, karena itu saya minta berhenti," katanya kepada Wayan Supartha dari TEMPO. Jabatannya sekarang adalah dosen di Institut Hindu Dharma Denpasar "Sebentar lagi saya juga akan mengajukan permintaan berhenti," katanya, "saya akan menyusun kalender sampai saya tak mampu melihat angka-angka lagi." Gde Rawi sekarang sedang tekun menyusun kalender sampai 1986. Sudah siap sampai 1984. Ia bergelut dengan angka-angka hampir sepanjang hari. Sejak 1977 di bawah potret dirinya pada setiap halaman kalender selalu tercantum Disusun oleh I Ketut Bambang Gde Rawi dan putra-putranya Padahal ia tahu, jika ia meninggal suatu ketika, anak-anaknya tak ada yang akan melanjutkan kepandaiannya. Selama ini anak-anak itu hanya sesekali membantu urusan administrasi kalendernya karena mereka sibuk dengan tugas sehari-hari. Ia dikaruniai 3 orang anak, seorang di antaranya, Bambang Suartha, adalah Kepala Kantor Agraria Kabupaten Badung sekarang. Dan memang Gde Rawi tak perlu susah-susah mencari pelanjut usahanya. Fakultas Sastra Univ. Udayana sejak beberapa waktu lalu mencantumkan seluk-beluk menyusun kalender ini sebagai matakuliah tak resmi. "Akan banyak orang yang mampu menyusun kalender," kata Ida Bagus Agastia, "tapi bobotnya tentu tak sebaik punya Gde Rawi." Tapi kritik terhadap kalender ini datang juga. Dari Ketut Kaler, misalnya. Menurut pensiunan Ka-Kanwil Dep. Agama Bali yang setiap Selasa malam muncul di TVRI Denpasar dalam ruang khotbah agama, kalender Gde Rawi terlalu banyak mencantumkan penanggalan lain, seperti tahun Jawa, Jepang, Arab bahkan Cina "Sehingga terlalu rumit dan membingungkan orang awam serta tidak penting bagi orang Bali," kata Kaler. Gde Rawi segera menjawab: "Itu saya sengaja, agar banyak bagian dunia memakai kalender saya." Dan memang benar. Menurut penerbitnya, Warta Hindu Dharma, orang asing makin banyak membelinya. Sebab dari kalender itu para wisatawan tahu kapan ada hari raya atau upacara di Bali. Ketut Kaler juga mengritik penanggalan itu sebagai "petani sentris". Yaitu dengan mencantumkan hari-hari baik bagi petani sehingga memakan bagian cukup banyak dari tiap halaman kalender. Jawab Gde Rawi: "Sesungguhnya semua hari itu baik, kecuali harimau galak" Gde Rawi berkelakar. Dan dia bergurau lagi: "Dalam lontar tak pernah disebut kapan hari baik untuk memperbaiki televisi." Untuk penanggalan 1980 ini kalender Gde Rawi hanya menggunakan warna hitam dan merah. Warna terakhir ini khusus untuk menandai hari dan tanggal-tanggal libur serta beberapa catatan yang dianggap penting. Pihak Percetakan Dharma Bakti Denpasar, yang mencetak kalender ini, tak mau menyebutkan berapa banyak kalender ini dibuat tiap tahun. Tapi diperkirakan paling sedikit � juta eksemplar, lebih-lebih jika diingat kalender ini dengan mudah dapat ditemui pada tiap rumah di Bali. Berapa pendapatan Gde Rawi dari kalendernya ini? Ia hanya menjawab dengan mengutip salah satu pembicaraan Kresna kepada Arjuna: "Rame inggawe, sepi ing pamrih -- saya sudah bahagia jika masyarakat sudah merasa tentram memiliki kalender saya." Tapi sumber TEMPO yang dekat dengan keluarga Gde Rawi menyebut honor yang diterimanya adalah sebesar harga sebuah Vespa baru pada saat itu. Tapi sumber tadi tak dapat menjelaskan, mengapa harus diukur dengan Vespa. "Itu sudah kctcntuan dari Gde Rawi," katanya ntuk penanggalan 1980 ini, kalender Gde Rawi dijual Rp 350 sebuah.

tips mengendarai mobil offroad

offroad dengan kendaraan 4WD kita hanya cukup memindahkan persneling ke 4-Lo dan berangkat, segala halangan akan dapat dilalui. Namun, pada kenyataannya tidak sesederhana itu, ada beberapa tips yang mungkin bisa menjadi panduan Anda.

Sebenarnya banyak yang perlu dan tidak boleh dilakukan dalam offroad seperti, ketika melewati jalan tanah, tetap di jalur Anda. Ini sangat penting karena banyak yang berpikir kalau offroad berarti mengemudi kemana saja selama dapat dilewati, berkendaralah di tengah jalur untuk menghindari meluasnya jalan tanah. Jangan membuat jalur baru, memutar, atau memotong jalur.

Jika ada halangan, lewati dengan satu roda per satu roda dan jika ada pohon tumbang coba untuk dipindahkan dulu atau lewati dari sisi lain, juga jangan mencoba melewati langsung, jangan sampai bagian belakang mobil anda melayang (tidak menginjak tanah). Hal inipun lebih sering terjadi daripada bagian depan yang melayang.

Ketika anda melalui sungai kecil, usahakan roda tetap di pinggir sungai walaupun sungai kecil tersebut lebih lebar dari mobil Anda. Jaga keseimbangan mobil dan Jalan pelan pertahankan kendali, dan jaga tetap seimbang. Jangan mencoba memiringkan mobil, Jika tiba-tiba jalannya berlubang, mobil dapat tergelincir. Dan jika Anda merasa miring, cepat luruskan, tambahkan tenaga dorong dengan lembut sampai roda kembali seimbang, dan kembali ke arah yang Anda inginkan.

Jika Anda harus menyeberangi sungai, lakukan pada tempat yang jelas dan periksa kedalaman sebelum Anda lakukan. Seberangi sungai dengan sudut 90 derajat untuk mengurangi kerusakan akibat dasar sungai yang tak rata, usahakan agar udara tetap ada disekitar mesin dan roda bila air setinggi bemper.

Jalan pelan dan jangan mengebut Gunakan persneling rendah untuk melalui halangan dan jangan sampai mobil Anda berguncang dan melompat, penting untuk memperhatikan kecepatan, karena ban pada permukaan gravel memiliki traksi terbatas untuk mengerem.

Jangan mengemudi miring di bukit, Lurus ke atas atau lurus ke bawah dan jangan menanjak secara miring. Anda dapat tergelincir bahkan bisa terguling, gunakan persneling rendah saat menanjak atau menurun.

Jangan memaksa mesin di lumpur, pasir, atau tanah lembek. Jika Anda tidak dapat menghindari lumpur, gunakan persneling rendah dan tenaga yang cukup untuk mempertahankan momentum, membuat roda berputar cepat hanya akan membuat Anda semakin tenggelam. Jika Anda merasa kehilangan traksi, putar kemudi dengan cepat dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Kadangkala ini membuat 'gigitan' roda lebih bagus.

Jangan berbelok pada daerah tak stabil atau jalur sempit dan menanjak, Anda dapat terguling Jika Anda menuruni bukit dengan mundur, lakukan secara lurus tanpa membelokkan kemudi. Gunakan persneling rendah agar mobil tidak bertambah cepat dan hemat rem Anda. Jika mengerem, lakukan dengan pelan untuk menghindari kepanasan dan

DSRL ramaikan dunia fi di kaula muda

Dunia teknologi memang luas, ditambah lagi kini dengan maraknya seni fotografi yang sedang merasuki trend di Indonesia. Hampir semua di seluruh kota memasuki trend fotografi ini khususnya anak-anak muda. Dunia fotografi ini mulai memuncak sejak adanya kamera DSLR yang memasuki pasar dimana kamera profesional yang tidak lagi menggunakan film untuk pengambilan photo alias digital.

Hal ini menjadi lifestyle bagi setiap anak muda bagi yang menyukai seni photo-memphoto. Atau biasa di panggil narsis untuk istilah bahasa gaulnya. Dilihat dari segi keuangan, kamera DSLR ini tidaklah dijual dengan harga yang murah melainkan relatif mahal. Bahkan mereka rela menggunakan uangnya untuk membeli lensa yang dapat menghasilkan hasil lebih baik dengan extra uang yang harganya bisa jauh lebih mahal dari kameranya.

objek wisata seni budaya di ubud

Ubud merupakan kawasan wisata seni dan budaya di Gianyar Bali. Ada Museum Rudana dan Rudana Fine Art Gallery, Museum Puri Lukisan, Puri Agung Ubud, Wanara Wana, Museum Blanco, Arung Jeram di sungai Ayung, dll. Disepanjang jalan daerah Ubud, akan disuguhkan pemandangan yang menarik yakni adanya artshop-artshop dengan koleksi hasil kerajinan seni seperti patung, gelang, kalung, dll.

So, jika Anda ingin membeli suvenir Bali yang berbau seni Bali dengan harga miring untuk oleh-oleh tidak ada salahnya anda mencoba membeli langsung di Ubud.

Sudah sejak tahun 1930-an, Ubud terkenal di antara wisatawan barat. Kala itu pelukis Jerman; Walter Spies dan pelukis Belanda; Rudolf Bonnet menetap di sana. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, dari Puri Agung Ubud. Sekarang karya mereka bisa dilihat di Museum Puri Lukisan, Ubud.

Kawasan Wisata Seni – Budaya di Ubud Gianyar Bali

Museum Rudana dan Rudana Fine Art Gallery

Museum RudanaMuseum Rudana merupakan museum seni yang berlokasi di Ubud, Bali, yang didirikan oleh Nyoman Rudana, seorang kolektor lukisan yang juga duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mewakili Propinsi Bali periode 2004 2009 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 26 Desember 1995. Museum ini menyimpan lebih dari 400 buah lukisan dan patung hasil karya para seniman, baik dari Bali, seniman Indonesia di luar Bali maupun karya para seniman asing yang menjadikan Bali sebagai tempatnya berkarya. Berada dalam satu kompleks, berdiri Rudana Fine Art Gallery yang didirikan pada tahun 1978 dan merupakan cikal bakal berdirinya Museum Rudana.

Museum Puri Lukisan

Adalah sebuah museum seni rupa pertama, yang dikelola oleh swasta, di Bali. Diprakarsai oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad serta seniman asing yang menetap di Ubud, Rudolf Bonnet. Berdiri pada 31 Januari 1956 dibawah naungan Yayasan Ratna Warta, dan di buka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Yamin.

Di museum ini bisa dinikmati perkembangan seni rupa di Ubud, baik seni lukis maupun seni pahat. Beberapa karya dari para seniman asing yang berkarya di Ubud seperti: Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smit serta maestro lokal seperti I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Made Deblog, Ida Bagus Made dan yang lainnya. Termasuk juga karya seni rupa pada masa Pita Maha.

lukisan kamasan

Kamasan adalah sebuah komunitas seniman lukisan tradisional. Antar satu seniman dengan seniman lain saling mengisi dan saling menguatkan sehingga melahirkan gaya lukis wayang yang khas. Gaya tersebut kemudian turut mewarnai geliat perjalanan seni lukis bali.

Masih menurut catatan sejarah, seni lukis wayang {tradisional} ini berkembang di kamasan dan daerah lain di Bali sejak zaman kerajaan Majapahit. Antara abad ke-14 hingga ke-18, Pulau Bali dikuasai para Dalem, raja-raja keturunan Sri Kresna Kepakisan dari Kerajaan Majapahit.
Selama Dinasti Kepakisan memegang tampuk pemerintahan, Bali mengalami masa kejayaan. Sejarah mencatat, kekuasaan raja Bali zaman itu pernah meliputi pesisir Jawa Timur, Lombok, bahkan sampai Sumbawa. Salah satu Dalem yang paling dikenal adalah Sri Waturenggong, cucu Sri Kresna Kepakisan. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong ini, seni budaya di Bali mengalami masa pencerahan karena sang raja juga penggemar seni budaya. Kamasan dijadikan sebagai salah satu pusat kerajaan yang khusus mengurus seni budaya, pendidik, dan keagamaan.
Di klungkung, tumbuh pula kesenian lain berupa seni ukir emas, perak dan yang terakhir seni ukir selongsong peluru. Meskipun medianya berbeda, namun ciri khas wayang Kamasan tetap kuat dalam karya-karya tersebut.

How to Get There
Kamasandapat ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan dari Denpasar atau 1,5 jam dari Kuta.Untuk ke sini kamu bisa menyewa motor atau sewa mobil juga . Kalau ngga tau jalan, bisa sewa mobil sekaligus driver juga.

Dari Kuta berangkatlah menuju Denpasar melalui jalan By Pass, dan ikuti jalan itu kearah Klungkung. Sampai di pesimpangan Batu Klotok, berbeloklah ke kiri, kamu akan sampai ke Desa Gelgel. Dari Gelgel, kamu tinggal beberapa ratus meter saja menuju desa ini.

lukisan etnik modern,

Gaya Etnik Nuansa Modern
12 Aug 2010

* Ekonomi
* Rakyat Merdeka

SAAT ini perkembangan rumah dengan gaya modem dan minimalis tengah digandrungi masyarakat. Tetapi, bukan berarti trend tradisional ditinggalkan. Karena masih ada sebagian masyarakat menginginkan unsur tradisional.

Trend tradisional ini memang tidak lepas dari nuansa berbagai etnik di tanah air. Etnik memiliki arti kelompol sosial yang memiliki kesamaan budaya, adat istiadat, nenek moyang serta kebiasaaan yang tertentu.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki berbagai macam suku, budaya. Bahkan dari sabang sampai Merauke, memiliki banyak kelompok etnis yang tersebar.

Nah, buat para penggemar desain rumah modem dengan gaya tradisional, bisa meniru konsep berbagai macam rumah dengan khas etnik yang dipadukan gaya modem. Misalnya, di Jawa, dikenal desain rumah gaya joglo, rumah panggung dari Kalimantan, Sumatera dan Papua. Ada juga rumah gaya Bali, Betawi, Padang serta Batak.

Tapi yang perlu diperhatikan, unsur tradisional tidak hanya sekedar pelengkap saja. Artinya, pada desain awal pembangunan rumah sudah diarahkan bentuk rumah tradisional, tanpa mengesampingkan unsur modem.

Contohnya, dalam desain gaya jawa yang khas dengan pahatan klasik, dinding-dinding jangan terlalu didominasi gaya modern seperti tembok berbahan batu. Tetapi sediakan ruang menempatkan kayu pahatan etnik sebagai aksesoris dinding.

Selain itu, trend etnik dalam rumah tinggal bisa dengan menambah unsur-unsur tradisional dalam rumah. Seperti memajang berbagai macam aksesori dan ornamen hiasan bercirikan etnik yang mendukung gaya tersebut.

Misalnya memasukkan bangku panjang yang terbuat dari kayu dengan motif ukiran dan meletakkan di teras rumah. Begitu pula patung, tokoh wayang maupun lukisan bergaya etnik, juga kain batik dan kain tradisional yang ditempatkann di bagian rumah tertentu.